atung Panglima Besar Jenderal Soedirman di perempatan Jalan Mayjen Sungkono dengan Jalan Letnan Yusuf dan Jalan Soekarno-Hatta,Purbalingga, tiba-tiba roboh, Minggu (3/1) pukul 09:30. Patung ini berdiri di tengah jalan utama dari arah Purwokerto-Wonosobo.
Tepat di tengah perempatan depan Polres Purbalingga, TerminalPurbalingga, dan Rumah Sakit Harapan Ibu (RSHI). Tak pelak lagi robohnya patung itu menimbulkan kehebohan warga sekitar.
Beruntung patung itu tak menimpa pengguna jalan yang melintas. Seorang saksi, Budi Suharso, melihatnya ketika sedang berjualan di dalam terminal.
"Tidak ada angin, tidak ada apa-apa, tiba-tiba saja jatuh ke arah barat. Beruntung tak menimpa motor atau mobil yang lewat karena saat itu pas lampu (lalu lintas) merah. Kalau tidak lampu (menyala) merah, pasti ada yang kena," kata Budi.
Kepala Seksi Pertamanan Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Purbalingga, Tri Nuryanto, menyatakan ada beberapa dugaan mengenai penyebabnya. Berdasarkan pengecekan di lapangan, patung diduga roboh akibat patah di bagian tengah antara badan patung dengan dasar penyangga.
Setelah jatuh ke arah barat, bagian yang jatuh itu menutup sebagian jalan. Dugaan lain patung tumbang akibat bagian bawah terlepas sehingga bagian atas jatuh ke jalan.
Menurut Tri, pihaknya rutin melakukan pembersihan dan pengecatan ulang setiap tahun. Terutama pada bulan Maret karena April ada penilaian Adipura.
"Pada Maret 2015 lalu saat pengecatan ulang, kami tidak temukan tanda-tanda patung mengalami kerusakan. Jadi belum diketahui kepastian penyebab robohnya patung," jelasnya.
Bagian-bagian patung yang roboh langsung dibawa ke kantor DPU Purbalingga. Tindakan cepat petugas membuat lalu lintas tak terganggu.
Patung Soedirman ini terbuat dari bahan fiber. Penggarapannya dilakukan seorang seniman dari Pasar Seni Ancol, Asmir.
Patung Soedirman ini terbuat dari bahan fiber. Penggarapannya dilakukan seorang seniman dari Pasar Seni Ancol, Asmir.
Peresmiannya pada 31 Desember 2004 oleh Bupati Purbalingga(waktu itu), Triyono Budi Sasongko. Patung menghadap ke selatan dengan posisi berdiri dan berjubah.
Kaki sebelah kanan terangkat, diletakkan di atas batu. Tangan kiri memegang teropong dan tangan kanan memegang tongkat.
Ketinggian patung 10,40 meter, termasuk fondasi pijakan. Pembangunan patung ini sempat mengundang kontroversi.
Ketinggian patung 10,40 meter, termasuk fondasi pijakan. Pembangunan patung ini sempat mengundang kontroversi.
Besarnya anggaran waktu itu mencapai Rp 200 juta khusus patung dan Rp 70 juta untuk fondasi dan lain-lain. Pendanaan berasal dari APBD Perubahan.
Kepala DPU Purbalingga, Sigit Subroto, menegaskan akan memperbaiki patung tersebut. Namun, perbaikannya tak bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Anggaran renovasi akan diusulkan dulu dalam APBD Perubahan. Sigit juga akan berkonsultasi dengan pembuatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar